Snippet

Menuju Revolusi Indonesia


65 tahun kita telah merdeka, tapi bangsa ini masih terus di “jajah” baik secara ekonomi, kehidupan, pekerjaan, pendidikan dan politik, 65 tahun kita merdeka, tapi rakyat Indonesia masih hanya bisa berifkir dan berusaha untuk mencari makan esok pagi dan hanya bisa di makan satu kali, padahal di negeri lain rakyatnya saat ini telah berfikir tentang menciptakan kehidupan di mars!.

Masih segar di ingatan 12 tahun yang lalu rakyat negeri ini seperti baru saja bangun dari tidur panjang. Pemuda pemuda, mahasiswa, tokoh politik dan semua elemen masyarakat meneriakkan reformasi, sebuah kata sakti dan menjadi alat legitimasi demokrasi yang terkadang hampir tanpa batas. Ketika itu harapan besar bahwa Indonesia akan menjadi jauh lebih baik begitu membekas.
Ternyata reformasi ini tidak menghasilkan Indonesia yang lebih baik, kebijakan pemerintah yang menciptakan sistem otonomi daerah, yaitu suatu kebijakan yang mengatur bahwa daerah itu sendiri yang mengatur setiap yang ada di isi dan atas bumi mereka hanyalah otonomi daerah semu, otonomi yang tetap di intervensi, di atur, di kuasai oleh pemerintah pusat, bahkan otonomi daerah hanya bisa menyebar kantong kantong korupsi
Indonesia saat ini telah mengalami degradasi kemajuan, betapa kita harus prihatin, di tengah kemajuan Negara “berkembang” dengan pesatnya, rakyat kita masih harus berkutat dengan perut !, kerusuhan antara umat beragama, suku , golongan dan ras semakin menjadi jadi, dengan kata lain hal ini membuktikan bahwa pemerintah gagal dalam mempersatukan bangsa ini Belum lagi di tambah dengan kebutuhan hidup yang semakin mahal tetapi tidak di ikuti dengan peningkatan penghasilan rakyat.


Indonesia terus mengalami degradasi moral, etika, hati nurani, perasaan dan pikiran sehingga para pejabat pejabat yang duduk di tampuk kekuasaan yang ada di negeri ini tidak mempunyai kapasitas, integeritas dan sifat negarawan yang baik di tambah lagi perilaku elite politik dan pejabat pemerintahan belum menunjukkan kepribadian yang profesional. Wakil masyarakat di pemerintahan mulai mengatasnamakan rakyat demi kepentingan golongan. Bahkan, di tengah beragam kesulitan, persoalan-persoalan yang seharusnya menjadi prioritas utama malah dikesampingkan.
Berbagai penangkapan atas dugaan pidana korupsi terhadap pejabat publik, baik di legislatif maupun eksekutif mencerminkan rendahnya tanggung jawab dan kesadaran nasional. Dengan mengambil keuntungan di antara celah-celah kebijakan yang seharusnya hanya untuk kepentingan negara, hal itu juga mencerminkan rendahnya kualitas pengabdian, harga diri, dan integritas
keadaan seperti inilah yang menyebabkan banyak terjadinya konflik masyarakat yang mengarah kepada disintegrasi bangsa, mulai dari pertikaian antarumat beragama, sesama umat beragama, suku, antardesa, bahkan antarelite politik yang jelas-jelas memperlihatkan persaingan politik yang tidak sehat.
Kaum kaum Kapitalis semakin dominan menguasai segala sesuatu isi, baik di dalam maupun di atas Negara ini, semua perusahaan di Indonesia rata rata di kuasai oleh orang asing dan non pribumi, sedangkan rakyat asli Indonesia hanya menjadi kuli panggul di pasar pasar, orang asli Indonesia hanya menjadi pekerja buruh di perkebunan milik perusahaan asing, buruh tambang perusahaan asing,
Persoalan bangsa saat ini kian kompleks dan perlu kerja keras untuk mengatasinya. Masa-masa yang sulit kembali sedang dialami bangsa ini, mulai dari krisis kepercayaan sampai permasalahan harga pangan, sumber energi yang semakin tinggi dan yag lebih parahnya lagi korupsi menjamur di mana mana, hampir setiap lini
Mengapa Revolusi kehidupan Indonseia menjadi Urgent?
Dalam sejarahnya, revolusi tidak serta merta ada begitu saja. Revolusi ini muncul sesudah masyarakat Eropa melampaui masa kegelapan. Masa di mana “pemikiran” mereka mengalami ke-mandeg-an. Renaisance yang muncul pada abad 17 membuat manusia Eropa terlecut, dan kembali ke jalan pemikiran. Dan kesadaran berfikir inilah yang memiliki peran penting membawa manusia Eropa (Inggris khususnya) ke dalam sebuah perubahan besar.
Revolusi lahir, di antara puing-puing peradaban Yunani. Manusia-manusia Eropa bergerak, dan segera merubah dunia mereka. Corak agraris, dirubah menjadi industris. Tenaga-tenaga manusia mulai diganti gerak-gerak mesin yang bermunculan setelah ditemukannya mesin uap. Pabrik-pabrikpun segera saja mengisi sudut-sudut Eropa modern.
Sistem sosial masyarakatnya pun perlahan berubah. Muncul strata-strata baru di dalamnya. Penggolongan tidak lagi didasarkan pada keturunan dan agama, tidak lagi hanya siapa yang bangsawan dan yang bukan. Kondisi ini ada kerena munculnya kelas-kelas baru, kaum buruh (proletar) dan pemodal (borjuis) yang memegang kapital. Di sini siapa yang mampu mengendalikan kapital dialah yang berkuasa.
Perkembangan pesat industripun kemudian memerlukan birokrasi ekonomi yang lebih besar. Dan kemudian dibentuklah sistem-sistem birokrasi penunjang, dan tentunya sistem birokrasi yang menguntungkan kapitalisme. Industri yang berkembang dan birokrasi ekonomi yang luas akhirnya menciptakan sistem pasar yang disebut “kapitalisme” dengan ide dasar, leissez faire. Oleh Smith (1723-1790) “sistem pasar ini adalah sebuah realitas independen yang memusat pada individu dan sekaligus menguasainya.” Pasar akan bergerak dan terus bergerak dengan bimbingan invisible hand-nya Smith. Pasarlah yang membentuk dunia dan pasar pulalah yang menentukan langkah perekonomian sekaligus gerak dunia. Mengenai hal ini, Herbert Spencer (1820-1930) pun sejalan dengan pemikiran Adam Smith, bahkan ia menambahkannya dengan ide Darwinisme Sosial. Ide Darwinisme ini akhirnya ia kembangkan, dan munculah teori seleksi alamiah (survival of the fittest), siapa yang mampu bertahan dialah yang menang. Sebuah ide yang membuat kelas-kelas pemodal semakin dimanjakan. Kepemilikan atas kapital-kapital pabrik, membuatnya semakin memegang kuasa. Akhirnya hanya pada orang-orang inilah kemakmuran terpusat.
Kesenjangan antara kaum buruh dan kapitalis inipun menimbulkan reaksi-reaksi, terutama oleh mereka para cendekiawan Eropa yang merasa gerah atas situasi itu. Sebut saja, Claude-Henri de Saint-Simon (1760-1825), F. M. Charles Fourier (1772-1837), Louis Blanc (1813-1882), dan Karl Marx (1818-1883).
Claude-Henri de Saint-Simon, Sang Bapak Sosialisme dunia. Menurutnya sentralisasi perencanaan sistem ekonomi pemerintah adalah hal yang harus di utamakan. Masyarakat industri akan menjadi baik apabila diorganisaikan secara baik. Dan pemerintah harus memiliki peran penting di dalamnya. Peran sentral para kapitalis sebaiknya dibatasi oleh wewenang pemerintah dalam perekonomian.
F.M. Charles Fourier, kaum borjuis yang olehnya adalah orang-orang cacat sosial. Demi kepentingan mereka sendiri, kaum buruh ditindas. Hal ini yang olehnya disebut sebagai sebuah pertentangan kelas terselubung, dan bila dibiarkaan maka harmoni masyarakat akan rusak. Untuk menyelesaikan hal ini, ia menganjurkan akan sebuah reorganisasi masyarakat. Reorganisasi masyarakat ini dapat dilakukan dengan memisahkan kelompok-kelompok politik dan ekonomi. Opsi kedua yang ia tawarkan adalah dengan memberikan individu-individu kebebasan memilih pekerjaan. Meskipun nampak memberikan jalan keluar namun ide-idenya ini hanya dianggap sebagai sebuah ide utopian yang tidak bisa diwujudkan.
Louis Blanc satu dari orang-orang sosialis yang benar-benar ingin mengangkat kaum buruh. Kaum buruh olehnya harus menjadi prioritas pemerintah dalam menentukan kebijakan. Dan bentuk konkrit dari prioritas itu adalah dengan menyediakan kapital-kapital bagi kaum buruh. Setelah kapital-kapital itu disediakan maka kaum buruh diberi wewenang untuk mengelola pabrik-pabrik yang ada. Ide inipun bernasib sama dengan gagasan Fourier, di tolak dan dibuang jauh di dalam cerobong pabrik kapitalisme. Namun di balik itu, ada hal lain yang menyebabkan ide ini di tolak, merugikan politisi dan ekonom.
Karl Marx. Ide dasar yang membawanya pada sentralisasi murni sistem perekonomian adalah individualisme. Satu paham yang ditentangnya ini dianggap sebagai agen yang membuat masyarakat terkotak-kotak dalam kelas-kelas (Klassengesellschaft) sosial. Kelas-kelas sosial inilah yang olehnya ingin dihilangkan. Kelas sosial ini akan menimbulkan ketimpangan dalam masyarakat, kaum buruh akan semakin tertekan dengan kelas sosialnya. Sebaliknya kaum borjuis akan semakin berjaya. Maka untuk menghilangkan hal itu maka sistem perekonomia harus disentralisasi dengan memusatkan perekonomian itu pada pemerintah. Dengan sistem yang baru ini maka pemerataan akan dapat dilakukan, tidak ada lagi kepemilikan pribadi, yang ada hanya milik bersama secara kolektif. The Communist Manifesto adalah salah satu karya monumental Marx yang melukiskan keradikalanya sebagai seorang sosialis
sebagai bahan referensi tentang rakya Indonesia zaman dahulu dengan zaman sekarang saya kutip kan sedikit tulisan tan malaka dalam karya tulisnya yang berjudul aksi massa“Berapa ribu, bahkan berapa ratus ribu rakyat Indonesia yang meringkuk dengan perut kosong di atas balai-balai setiap hari saat melepas lelahnya, tak terjelaskan dengan tepat. Pemerintah punya catatan angka-angka yang lengkap tentang kebun-kebun dan perusahaan yang menguntungkan, terutama nama-nama orang yang wajib membayar pajak, tetapi lupa memberi kepastian tentang penghidupan rakyat seluruhnya. Betul kadang-kadang dibentuk oleh pemerintah suatu panitia, tapi badan itu tak mewakili rakyat, dan tentu saja panitia itu tidak pernah mendakwa kapital besar, meskipun mencela saja. Pemeriksaan "teratur" dan "merdeka" sebagai bukti maksud-maksud yang suci, belum pernah kedengaran.
Jika kita mau tahu berapa jumlah buruh industri, kebun-kebun dan pengangkutan, tentulah dengan jalan itu kita ketahui berapa banyaknya "budak belian kolonial" yang kelaparan di Indonesia sebab sebagian besar dari buruh industri itu miskin, sebab kepada perusahaan besar-besar itu, mereka harus menjual atau menyewakan tanahnya, hingga akhirnya kehilangan tanah dan mata pencaharian.
Hal itu tidak mungkin disebabkan oleh ketakpedulian dan kelalaian pemerintah. Meskipun kita bekerja dengan angka-angka yang tak cukup, ini belum berarti bahwa keadaan rakyat Indonesia adalah buku yang tertutup bagi kita; bahkan sebaliknya tak dapat diduga bahwa dua sampai tiga juta budak yang tertindas menerima upah yang hanya cukup bertahan agar mati kelaparan. Bagian yang terbesar dari mereka berorganisasi. Mereka itu misalnya buruh kereta api, tukang sapu, kuli barang dan tukang rem, yang mulai bekerja dengan gaji f 15 — dengan satu sampai dua rupiah kenaikan setiap tahun — dan mencapai maksimum f 30 sampai f 40 sebulan apabila mereka sudah beruban.

Sungguh gaji itu terlalu sedikit di zaman kapitalisme, dan hal ini sangat menyedihkan, mengingat kepada kecermatan dan tanggung jawab sekumpulan buruh itu bergantung hidup beribu-ribu manusia..Jika beratus ribu buruh gula yang karena tak berorganisasi tidak berani meminta tambah gajinya; Jika kaum tani yang kehilangan tanah hanya bekerja beberapa bulan dalam setahun dengan gaji 30 atau 40 sen sehari, yakni di waktu memotong tebu; jika 250 sampai 300 ribu kuli kontrak — yang dinamakan "kuli merdeka" di Sumatera Timur — mendapat upah 30 sampai 40 sen sehari, siapakah yang berani mengatakan bahwa di masa ini seseorang (meskipun ia seorang inlander!), dengan anak bininya, dapat hidup sebagai manusia dengan upah 12 sampai dengan 25 rupiah sebulan? Jika ada orang yang berkata seperti itu, ia adalah seekor keledai atau lebih hina lagi adalah seorang "pengkhianat".
Tukang-tukang besi segolongan buruh yang besar gajinya di negeri-negeri lain, di Surabaya sangat rendah gajinya, tinggal seperti di kandang anjing, makanan, pakaian dan keperluan hidup lain-lain tak cukup, hingga kekallah mereka jadi mangsa lintah darat Tionghoa dan Arab. Kita masih mendengar gaji mereka antara 30 sampai 40 rupiah. Di Surabaya yang dikenal sebagai kota dagang, gaji itu berarti sekadar penghalang agar jangan sampai mati”
Apakah cerita zaman sebelum merdeka tersebut sama dengan di zaman sekarang?
“Rakyat Indonesia gagal menjadi raja di tumpah darah mereka sendiri, rakyat Indonesia gagal menjadi penguasa atas tanah tanah nenek moyang mereka. Rakyat Indonesia gagal menjadi penikmat pertama hasil bumi mereka”.Kalimat di atas itulah menjadi jawaban mengapa revolusi itu menjadi perlu, lihat fakta saat ini, semua tanah tanah lebar dan subur rata rata telah di kuasai oleh orang orang yang kapitalis, segala tambang tambang yang menghasilkan minyak, emas, batu bara, nikel, timah, tembaga dan segala sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi telah di kuasai oleh korporasi korporasi asing, setiap pusat perbelanjaan telah di kartel oleh korporasi asing sehingga rakyat tradisional yang mempunyai mata pencarian berdagang.
Coba kita bayangkan, saudar kita yang ada di timur papua hidup dengan penuh keperihatinan, padahala bumi mereka sangat kaya raya, pt Freeport yang mengelolah tambang emas di sana dapat meraup untung sebesar 50 triliun !, fantastis bukan???
Mari kita berhitung dan membuat opsi dengan estimasi dana 50 triliun pertahun tersebut
1. dengan dana 50 triliun tersebut rakyat papua dapat membuat 50.000 sekolah dengan 12 kelas belajar dan   kantor 
 2. dengan dana 50 triliun tersebut rakyat papua dapat membuat jalan sepanjang 50.000 kilo meter, yang dapat menhubungkan dari merauke sampai ke sabang dan dari pulau mianggas sampai pulau rote
3. dengan dana 50 triliun tersebut rakyat papua dapat membuat kebun karet atau sawit sebesar 1.000.000. hectare perkebunan 
dan masih banyak lagi hal yang dapat di lakukan papua jika mereka menjadi raja di negeri sendiri
tapi hal ini akan menjadi sia sian jika kita hanya bisa membungkukan badan terhadap kapitalis, kita hanya bisa meratapi nasib, bersedih atas kemalangan ini, oleh sebab itu kita harus bangkit dari kertepurukan ciptakan sistem ekonomi pro rakya di negeri sana, di Negara Rusia rakyatnya dapat sejahterah dengan isi bumi mereka dan yang paling utama mereka bisa menjadi raja di negeri mereka sendiri, para kaum buruhnya, kaum pekerjanya, kaum petaninya mendaptkan kehidupan dan dukungan financial yang sangat layak lewat sistem mereka sendiri
mereka memiliki aturan 50% untuk pemodal, 25% untuk pekerja dan sisanya untuk Negara, saya beri contoh tentang sistem di sana, di suatu perusahaan bergerak di bidang pertanian mendaptkan hasil atau pendapatan dari produksi perusahaan tersebut sebesar 1 milyar perbulan, nah, sistem pembagian hasil nya adalah 500 ratus juta untuk pemilik perusahaan, 250 juta untuk pekerja dan sisanya untuk Negara, dan apabila di bulan depanya keuntungan dari perusahaan tersebut hanya sebesar 500 juta ,maka sistem pembagianya 250 juta untuk pemilik perusahaan, 125 juta milik pekerja dan sisanya untuk Negara.

Bukan seperti sistem neoliberal yang ada di Indonesia saat ini, para pemilik modak mengejar keuntungan sebesar besarnya akan tetapi para pekerja gaji nya terus di tekan, biaya kesjahteraanya terus di berangus
hitung hitungan di atas adalah hasil suatu sistem yang menerapkan ‘sama rasa, sama rata”, antara pekerja, pemodal dan Negara mendapatkan sesuatu yang layak. Akan teteapi sistem di atas tersebut tidak dapat kita gunakan jika kita terus menganut paham ekonomi neoliberalis,

dan rasa ketidak adilan bagi kaum pribumilah yang membuat kita harus merestorasi Indonesia lewat revolusi
Revolusi seperti apakah dan yang bagai manakah yang harus di lakuakan kita sebagai rakyat Indonesia?. Apakah revolusi boelsheviks ala Lenin di rusia, apakah revolusi francis dengan napoleon bonparte nya, apakah revolusi Vietnam dengan ho chi min nya, apakah revolusi china ala mao Zedong dan revolusi di cina ala mao tze tung, atau lagi revolusi amerika latin ala che Guevara atau revolusi filiphina setelah kematian jose rizal atau revolusi ala tan malaka lewat aksi massa nya.
Semua revolusi di atas bukanlah revolusi yang di akan di lakukan bangsa Indonesia, revolusi yang akan di lakukan lewat aksi massa atau pemberontakan frontal, akan tetapi revolusi ini akan di lakukan dengan cara revolusi ala rakyat indonesia, revolusi yang bukan mengedepankan dengan cara diplomasi tapi revolusi yang di awali dengan agitasi atau propaganda karena menurut tan malaka revolusi itu timbul karena hasil dari berbagai keadaan karena aksi massa adalah jalan terakhir ketika mulut dan pena tak di gubris.

Revolusi adalah sesuatu perubahan dari akar sampai ranting,revolusi yang akan di lakukan oleh rakyat miskin yang di tindas oleh kapitalis, revolusi yang akan di lakukan oleh rakyat yang tidak dapat menentukan nasibnya sendiri

Dengan agenda melakukan nasionalisasi segala bentuk korporasi asing atau perusahaan yang di milik oleh,pemodal asing, meminta Negara menguasai segala sesuatu yang menunjang hidup orang banyak, memberikan kebebasan kepada daerah untuk mengelola sumberdaya mereka,sendiri,memberikan pendidikan dan kesehatan yang layak kepada rakyat Indonesia secara gratis, memberikan pekerjaan dan upah yang layak terhadap rakyat Indonesia sesuai kapasitasnya masing masing

Dan yang paling penting di dalam revolusi kehidupan rakyat Indonesia adalah penghapusan dari setiap jengkal kekuasaan kapitalis dan menjadikan bangsa indonesia sebagai garda terdepan penikmat hasil buminya sendiri dan rakyat indonesia mendapatkan kehidupan yang layak di negeri ini tanpa harus memandang kasta sosial
Kamu pemerintah, pencipta, pengilham perancang intelek perbuatan suram ini! Kamu kira, bahwa ciptaanmu ini dapat menghancurkan kita? Sebagaimana halnya dengan penjara-penjara, pembuangan-pembuangan, pukulan-pukulan tongkat, peluru-peluru dan alat-alat lain dari alam gelap, demikian pun fasisme-mu akan lenyap sebagai timbunan salju di bawah sinar matahari.
Tetapi kita tidak mengharapkan satu khayalan, seolah-olah jalan kita pendek dan rata. Tanah gelap, sukar dan penuh dengan racun adalah jalan menuju kemerdekaan. Dari kiri dan kanan kita telah mendengar bisikan kawan-kawan yang ragu-ragu. Apakah kita akan meneruskan itu?
Berat adanya pekerjaan pendidikan di antara massa, yang berabad-abad mengalami tidak lain daripada hinaan dan pukulan tongkat, baik dari pemerintah bangsa sendiri, maupun dari pemerintah bangsa asing, massa yang dibikin merangkak-rangkak dan meminta-minta sebagai kebiasaan dan pemecahan persoalan penghidupan pada khalayak tak percaya dan pikiran-pikiran budak.
Berat rasanya melaksanakan pekerjaan pendidikan di bawah kekuasaan yang tak segan-segan berdusta, memperkosa undang-undang yang dibikin sendiri, menginjak-injak hak-hak rakyat dan mempergunakan alat-alat perkosaan secara kurang ajar, satu kekuasaan yang memiliki hak luar biasa menggunakan alat-alat penindas yang modern atas rakyat Timur yang menurut.
Berat rasanya melakukan pekerjaan perjuangan dengan suatu pasukan tak bersenjata, kehabisan dan dikelilingi oleh pengkhianat-pengkhianat, melawan suatu pasukan yang mempergunakan emas, orang-orang sewaan dan semua alat-alat lainnya.
Tetapi kebenaran adalah kuasa, kebenaran kita. Pertentangan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, ialah dialektik perkembangan kapitalisme, adalah tenaga pendorong dalam perjuangan revolusioner kita, tenaga yang membangkitkan dan mengilhami kembali yang sedang runtuh dan memberikan kemenangan kepada yang kuat.Penderitaan yang sedang mendalam, reaksi yang semakin kurang ajar akan memperkuat barisan kita dalam waktu yang pendek dan merongrong barisan musuh.Kepada kaum intelek kita serukan!.

Juga golonganmu tak akan lepas dari penderitaan akan datang satu masa, bahwa kapitalisme kolonial yang sekarang masih dapat mempergunakan tenagamu, akan membuat kaum-mu seperti sepah yang habis manisnya. Penyakit kapitalis ialah krisis akan tak mampu memelihara, juga kamu buat selama-lamanya. Juga kamu akan terdesak seperti ribuan saudara-saudaramu “Kasta Proletar Intelek”.
Tak terdengarkah olehmu, teriakan massa Indonesia untuk revolusi yang senantiasa menjadi semakin keras? Tak terlihat olehmu, bahwa mereka pelan-pelan melangkah maju dalam perjuangan yang berat?
Apakah kamu akan menunggu sekian lama, sampai nanti kemerdekaan direbut oleh mereka sendiri sedang kamu pasti akan ikut menikmati buah kemenangan mereka yang nyaman? Tidak, sebegitu lesu dan sebegitu rendah tentu akan ada padamu. Karenanya bergabunglah kamu pada barisan!
Dalam taufan revolusioner yang memandang kamu akan belajar mengenai massa Indonesia dalam kemampuan dan kekurangannya, dalam kekuatan dan kelemahannya. Di sana kamu akan mendapatkan kesempatan menggunakan kemampuan moral dan intelek-mu untuk memperlancar jalan revolusi. Di sana kamu akan menginsyafi bagaimana nyamannya melaksanakan pekerjaan sosial dan berjuang untuk dan dengan massa. Di sana kamu akan merasa bagaimana sunyinya hidup secara individual dalam masyarakat kapitalistis.
Jika nanti kita mengharapkan, juga bantuanmu, kota-kota dan desa-desa di pantai-pantai dan gunung-gunung Indonesia yang luas berkobar-kobar untuk menuntut hak dan kemerdekaan, maka tak seorang musuh di dunia yang mampu menahan gelombang taufan revolusioner.
Dalam suasana Republik Indonesia merdeka, tenaga-tenaga intelek dan sosial akan berkembang lebih cepat dan lebih baik. Kekayaan yang maha besar yang diperoleh dengan pekerjaan Indonesia akan tinggal di negeri sendiri. Ilmu pengetahuan yang dikendalikan dan diperkosa yang sekarang dipergunakan untuk keuntungan lintah-lintah darat Belanda, nanti akan dapat berkembang dan akan dapat dipergunakan bagi kepentingan masyarakat Indonesia. Kesenian dan perpustakaan akan baru mendapatkan tanah untuk bertumbuh. Lebih pasti dan lebih cepat Indonesia akan bangkit di lapangan ekonomi, sosial, intelek dan kebudayaan.Akan lampau adanya abad-abad kelaparan dan penderitaan, perbudakan dan ke-paria-an (kasta yang paling terhina di India) yang gelap.
Akan lampau adanya abad-abad dimana berlangsung adanya hak yang tak tentu dan tak adanya hak bagi passivitas-passivitas rohani, kepalsuan dan kegelapan.Akan lampau adanya abad-abad yang mengerikan karena ketakutan akan kelaparan, penyakit menular dan ketakutan menghadapi penarik pajak, polisi dan penjara.Akan lampau adanya perbudakan dan pemerasan satu bangsa oleh bangsa lainnya, dan satu manusia oleh masa lainnya.
Dan jaman baru menyingsing, dimana obor sosialis selanjutnya akan membimbing rakyat Indonesia yang muda ke arah tujuan yang paling mulia.Oleh karena itu , sudah saatnya kita melawan congkaknya tembol feodal, lewat suatu massa aksi yang terbungkus di dalam semangat revolusi, agar rakyat dalam satu nikmat, hapusnya segala bentuk penindasan, non humanis dan ketidakadilan“pemberontakan ada karena adanya penindasan”

KEep Posting get Inspiring,Keep reading get thinking

Leave a Reply